09/04/10

Kelebihan Anak Autis yang Istimewa

Jakarta, Orangtua boleh saja bersedih jika anaknya mengalami autis, tapi jangan terlalu lama. Karena anak autis ternyata punya kelebihan istimewa yang bisa membuatnya mandiri.

Anak autis memiliki kelebihan visual yang kuat. Anak autis akan lebih mudah mengerti sesuatu dari gambar ketimbang hanya omongan. Kemampuan visual yang tinggi ini akan memudahkan anak belajar bersosialiasi.

Kelebihan visualisasi inilah yang harus dimanfaatkan orangtua untuk memberikan bekal mandiri. Anak autis susah mengerti jika hanya diajarkan dengan omongan.

Jika ingin memberitahu mengupil tidak boleh sembarangan, maka orangtua harus memperlihatkan gambar orang sedang mengupil yang disampingnya ada tanda silang (dilarang). Lalu diberi lagi gambar pembanding yang dibolehkan orang sedang mengupil di kamar atau kamar mandi yang disampingnya diberi tanda contreng (benar).

Contoh lain, jika ingin mengajak anak autis ke luar rumah seperti ke mal, maka beberapa hari sebelumnya diperlihatkan gambar mal dan seperti apa di dalamnya yakni eskalator, lift, toko dan lainnya. Itu dilakukan berulang-ulang sampai anak paham.

Anak autis bukan tidak bisa diajarkan disiplin, tapi pelajaran ini bisa dimulai sejak masih kecil. Berilah batasan-batasan tegas antara yang boleh dan tidak boleh, beri pujian jika anak berhasil melakukan hal baik.

Jika anak tidak bisa mengerti melalui ucapan, cobalah divisualisasikan dalam bentuk gambar. Hal ini harus dilakukan berulang-ulang dan penuh kesabaran.

"Jika orangtua tahu cara mengajarkan anak autis, maka hal ini akan menjadi salah satu hal yang menarik," ujar Gayatri Pamoedji, seorang pendiri MPATI (Masyarakat Peduli Autis Indonesia) dalam acara media briefing Memahami Autis, di Tea Addict, Jakarta, Rabu (31/3/2010).

Dalam mengajarkan kemandirian pada anak autis harus dilakukan secara bertahap dan tidak bisa langsung drastis karena anak autis juga membutuhkan masa transisi, orangtua bisa memulainya terlebih dahulu dengan segala kegiatan di kehidupan sehari-hari.

"Kemandirian ini bisa dimulai dari kehidupan sehari-hari si anak seperti bisa mengerti perintah sederhana, melakukan segala sesuatunya sendiri hingga nanti anak tumbuh menjadi dewasa dan diharapkan nantinya mereka bisa memiliki penghasilan sendiri," ujar perempuan yang memiliki anak autis dan tinggal di Australia.

Gayatri menambahkan jangan sekali-kali orangtua memiliki pemikiran anak autis tidak bisa diajari, tapi jika metode pengajaran yang diberikan berulang-ulang, setiap hari secara teratur, terstruktur serta bertahap, maka anak autis dapat tumbuh menjadi mandiri.

Selain itu siapkan terlebih dahulu anak sebelum dibawa keluar oleh orangtua, karena jika anak sudah siap untuk keluar maka kondisi ini tidak akan menjadi bumerang bagi orangtua.

"Banyak beberapa orangtua yang mengajak anaknya ke mal, padahal secara emosional anak belum siap untuk keluar. Akibatnya anak menjadi sangat hiperaktif dan menjadi tontonan orang-orang. Hal ini tentu akan menjadi bumerang bagi orangtua itu sendiri," tambahnya.

Jika orangtua ingin mengajak anaknya keluar, cobalah untuk melakukan simulasi dulu di rumah seperti memperlihatkan gambar mal seperti apa karena anak autis sangat kuat kemampuan visualnya.

Setelah itu beritahu anak apa saja yang akan dilihatnya di mal nanti dan apa yang boleh serta tidak boleh dilakukannya. Berikan pengertian seperti itu secara berulang-ulang. Setelah anak mengerti coba dulu berada di mal selama 5 menit, lalu secara bertahap waktunya ditambah.

Perempuan yang akrab disapa Yiyek ini menuturkan orangtua dari anak autis harus memiliki kesabaran yang tinggi, mau mencari tahu segala macam informasi serta mau melakukan sesuatu. Namun ada 3 M yang tidak boleh dimiliki oleh orangtua lakukan yaitu marah, mengeluh dan mengabaikan.
(ver/ir)
Vera Farah Bararah - detikHealth

0 komentar: