Secara praktek, banyak orang yang tidak mengetahui apa perbedaan jalan dan tujuan. Jalan adalah segala aktivitas yang kita lakukan setiap hari untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan tujuan adalah sasaran yang hendak kita wujudkan dengan melakukan aktivitas tersebut. Jadi belum tentu orang yang sibuk seharian, itu mengetahui atau menyadari apa tujuan dari kesibukannya tersebut. “Jangan hanya menenggelamkan kesibukan demi kesibukan, tetapi bertanyalah apa tujuan dari kesibukan yang Anda jalani” (Thomas Alva Edison)
Dengan kata lain, berpikir positif saja tidak cukup kalau tidak dilaksanakan aktivitas positif yang sejalan dengan pemikiran positif guna mencapai tujuan yang lebih efektif dan efesien.
Bahkan menurut Prof. Charles A. O’Reilly, dari Stanford Graduate School of Bussiness, bahwa dunia ini tidak peduli dengan apa yang kita tahu kecuali apa yang kita lakukan. Mahatma Gandhi juga menyimpulkan, bahwa ukuran penilaian manusia yang paling akhir adalah aksi bukan fantasi.
Sehingga ciri khas yang nampak dari seseorang yang memilih berpikir positif sebagai jalan, adalah adanya langkah dinamis dan kreatif serta inovatif dalam mewujudkan target-target positif yang berkelanjutan. Artinya setelah dicapai tujuan yang satu, kemudian ingin mencapai tujuan berikutnya. Dan biasanya orang demikian memiliki target hidup bahwa “hari ini harus lebih baik dari hari sebelumnya”. Walaupun dalam kenyataanya jalan tersebut terkadang tidak mulus. Hal-hal yang mengganggu dalam proses pencapaian target, dianggapnya sebagai tantangan bukan rintangan. Makna tantangan dan rintangan memiliki pengaruh yang besar secara psikologis. Kalau dimaknai sebagai tantangan, kita selalu termotivasi untuk menaklukkannya. Namun kalau dianggap sebagai rintangan, seolah-olah tidak mampu menghadapinya. Atau lebih fatal lagi apabila “kalah sebelum berperang”.
Menurut Fox (1995), orang yang dinamis memiliki ciri-ciri, sebagai berikut :
1. Selalu memilih keputusan untuk melangkah maju, bukan untuk mundur atau berhenti.
2. Mempunyai kemampuan dalam menyerap pelajaran positif di balik kekacauan.
3. Memiliki kemampuan dalam menyeleksi materi yang ditekuninya.
4. Selalu berpikir dalam konteks peluang, kemampuan, kemungkinan dan menjauhi pikira-pikiran tentang keterbatasan atau ketidak-mampuan.
5. Mempunyai dorongan untuk menhasilkan perbedaan yang unik.
6. Dapat memunculkan banyak alternatif dan opsi untuk bisa sampai pada sasaran yang ingin dicapai.
7. Memiliki keyakinan yang kuat bahwa dirinya mampu untuk mewujudkan apa yang ingin dicapai.
Di atas sudah disinggung bahwa menggunakan pikiran positif sebagai jalan berarti setelah berpikir positif (sebagai konsep) masih ada aktivitas positif yang harus dijalankan. Akvitas tersebut secara singkat adalah :
1. Temukan pelajaran spesifik dari suatu kejadiaan saat menjalankan aktivitas positif, terutama yang relevan dengan kondisi diri pada hari ini. Kejadian tersebut bisa berupa kegagalan diri sendiri atau orang lain maupun kejadian-kejadian yang terlihat pada saat itu. Gagalnya suatu usaha bisa disebabkan karena waktu yang tidak tepat, kurang gigih, kurang ketrampilan, kurang memahami persoalan, karena faktor eksternal dan lain-lain.
2. Gunakan dalam hal yang spesifik. Untuk dapat menggunakan pelajaran dari suatu kegagalan, menuntut adanya rumusan tujuan baru yang lebih realistis, disamping mempersiapkan segala sesuatunya lebih komprehensif.
3. Membuka diri (street smart), artinya harus memiliki sikap terbuka. Baik terbuka dalam kegagalan, artinya berani mengakui kesalahan-kesalahan dari tindakannya dan siap menerima kritikan. Bahkan dengan menyikapi cacian sebagai nasehat, karena cacian hanyalah cara pengungkapan suatu masalah. Yang terpenting adalah esensinya, sehingga akan diperoleh pengetahuan baru. Dengan kata lain street smart ini mempunyai pengaruh dan peranan yang sangat luar biasa dalam setiap aktivitas positif.
sumber : shvoong.com
0 komentar:
Posting Komentar